FEATURE BUKIT PASIR JAKA



Memburu Senja Menanti Fajar di Bukit Pasir Jaka

Sunrise di bukit pasir jaka
Semilir angin sejuk menyapu wajah ku, ilalang ikut bergoyang seakan menyambut kedatangan ku. Sore itu aku bersama teman – teman berencana untuk pergi ke bukit pasir jaka, bukan hanya untuk berlibur tetapi ini adalah program KKN yang harus di lakukan.

Aku dan ke 19 teman ku memang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata selama 2 bulan di desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Subang. Program kami adalah Pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan Masyarakat,  kami memilih bukit pasir jaka yang akan menjadi wisata di desa cimanggu ini.

Bukit pasir jaka terletak di Kp. Panyeredan Ds. Cimanggu Kec. Cisalak yang berjarak sekitar 27 KM dari kota Subang. Bukit yang tidak terlalu tinggi sekitar ±1000 mdpl entah aku belum tahu pemandangan seperti apa yang akan di suguhkan oleh bukit pasir jaka ini.


Aku bersama teman – temanku memulai perjalanan sekitar pukul 16.00 WIB kita berkumpul di warung salah satu milik warga dengan mempersiapkan barang – barang yang akan dibutuhkan di puncak nanti, kita memang berencana untuk bermalam di bukit pasir jaka dengan harapan dapat melihat sunset serta sunrise yang di suguhkan oleh alam di bukit pasir jaka. Tenda, alat masak, serta perlengkapan lainnya sudah siap kami bawa.


Aku berjalan dengan santainya memilih jalan yang akan aku pijak, meskipun pada awalnya aku di sambut dengan jalanan yang penuh bebatuan yang tidak terlalu terjal bagi pemula. Jalanan yang penuh bebatuan itu tidak terlalu panjang selanjutnya aku mendapati jalanan tanah yang sepertinya sudah biasa di lalui oleh para pengunjung sebelumnya sehingga tidak terasa licin, tidak terlalu curam namun juga tidak terlalu landai, bukit ini sangat cocok sekali dengan ku yang benar – benar pemula yang tidak pernah sekalipun melakukan perjalanan seperti ini. 





Terdapat petunjuk arah yang sangat memudahkan bagiku serta teman – temanku agar cepat sampai ke puncak. Ada pilihan untuk menggunakan jalur landai ataupun jalur curam, tentu saja aku memilih jalur landai karena aku tidak ingin cepat kelelahan dalam melakukan perjalanan ini.


Di perjalanan aku melihat pemandangan yang belum pernah aku dapatkan. Angin yang berhembus serta pepohonan yang menyejukan mata dan juga pemandangan kampung seperti ini bagai obat lelah selama menuju puncak bukit pasir jaka. Aku rehat sejenak menikmati semilir angin sejuk yang tak henti aku hirup. Di kota tak kudapati angin seperti ini, sangat di sayangkan bila tak ku nikmati hal seperti ini.


Aku melanjutkan perjalanan ku, aku melihat ada anak – anak kecil yang berlarian searah dengan ku ternyata mereka adalah anak pribumi yang sudah biasa berlalu lalang naik turun bukit pasir jaka ini sebagai tempat bermain mereka. Kaki – kaki kecil mereka terlihat kuat seolah sudah terbiasa untuk melakukan perjalanan seperti ini, itu pun bak penyemangat aku yang tidak mau kalah cepat untuk mencapai puncak bukit pasir jaka.


Karena bukit pasir jaka ini masih terhitung bukit yang tidak terlalu tinggi cukup bagi pemula seperti ku maka perjalanan untuk sampai ke puncak pun tidak membutuhkan waktu yang lama sekitar 45 menit aku dan teman – teman ku sampai di puncak bukit pasir jaka. Wahh ! aku sedikit tercekat takjub akan panorama yang di suguhkan oleh bukit pasir jaka ini.

Alam ciptaan tuhan yang tak bisa ku jelaskan lagi keindahannya. Banyak pepohonan serta pemandangan pemukiman rumah warga yang terlihat dari atas bukit pasir jaka ini. Terhampar luas sejauh mata memandang yang ku lihat hanya pemandangan yang membuat aku takjub.


Hari semakin sore, senja terus berlari seolah mengajar sang malam. Aku dan teman – temanku segera mendirikan tenda yang telah kami bawa tadi. 2 tenda besar bermuatan masing – masingnya 6 orang serta 2 tenda berukuran sedang bermuatan masing – masing 4 orang. 





Setelah tenda berdiri ku segera berlari ke sebelah barat ke sebuah menara yang nampaknya memang sengaja di buat untuk menjadi spot foto saat senja. Banyak foto yang aku ambil sebagai kenang – kenangan saat nanti aku pulang. Aku mengajak teman – teman ku untuk berfoto bersama dan kami saling bergantian untuk mengambil foto terbaik sebelum senja itu pergi.



Tergurat pesan dari perginya senja, yaitu malam akan segera datang dan aku pun mulai merasa lapar. Ku perhatikan tempat sekeliling ku berdiri ternyata bukan hanya aku dan teman – teman ku yang akan bermalam di bukit pasir jaka ini ada komunitas vespa, komunitas sepeda gunung, dan juga komunitas motor trail. Tak  ku sangka ternyata sudah banyak orang yang tahu akan bukit pasir jaka ini. Sekitar ada 12 tenda yang di dirikan di bukit pasir jaka ini. Tidak terlalu ramai aku masih bisa merasakan ketenangan saat malam datang di hiasi dengan langit yang masih berwarna jingga.




Aku dan teman – teman ku segera membuat makan malam yang seadanya hanya ada nasi dan juga ikan yang telah di bakar.



Dengan pemandangan lampu yang kerlap kerlip berasal dari rumah penduduk yang berada di bawah sana aku dan teman – temanku menyantap sajian makan malam dengan lahap karena memang perjalanan yang cukup lama membuat perut aku sedikit memberontak.


Perut kenyang mata pun tak kalah kenyang. Itulah ungkapan aku untuk mendeskripsikan keadaan ku saat malam ini. aku sedikit bercengkrama dengan teman – teman yang baru ku kenal dari komunitas – komunitas yang ada dengan di temani api unggun yang sudah kami buat bersama – sama. Ternyata bukan pertama kalinya mereka bermalam di bukit pasir jaka ini, sudah kesekian kalinya karena bukit pasir jaka ini masih terlihat asri dan juga belum terlalu ramai sehingga bukit pasir jaka ini  menjadi langganan para komunitas untuk sekedar rehat dari keramaian di kota.


Malam semakin dingin bulan semakin terang seolah berkata ini lah malam yang sempurna. Dengan teman baru dengan pengalaman baru dengan udara yang selalu terus membelai aku dan teman – teman memutuskan untuk tidur.


Waktu begitu cepat suara burung mulai terdengar ku tengok di balik tenda  ternyata fajar mulai menapakan dirinya. Aku keluar, sudah ramai. Banyak orang – orang yang sudah berdiri mencari tempat untuk berfoto ria. Awan di sekeliling bukit, aku bak seseorang yang sedang berada di negeri di atas awan. Sawah serta pemukiman yang kemarin aku lihat seolah hilang tertutup awan putih yang bersih. Udara yang dingin membuat suasanan semakin membuat ku lagi lagi terpana akan keindahan alam ini.

Senja terima kasih, karena mu aku tahu sulit untuk dapat melihat mu

Bertemu dengan mu saja aku seolah manusia yang paling beruntung

dan Fajar terima kasih, karena mu aku tahu nikmat tuhan memang yang paling aku tunggu.
(yvy)







Foto bersama dengan komunitas JNE Bandung





Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Video

Recent Posts

About Me

My photo
Cisalak, Subang, Indonesia

Lokasi